Aku telah sampai pada titik diamku.
Aku muak dengan
individu yang tergantung
isi kepalanya yg penuh dengan birahi.
Rumah
yang dulu jadi tempat bermukim dan lahirnya
karya dan canda tawa dari
pelosok negeri.
Kini jadi rumah yang penuh kegelapan dengan rayap
yang
jadi saksi hidup tentang semua peristiwa di sana.
Rayap yang akan trus
meningkatkan populasinya
karena sadar bahwa orang-orang yang sering
mengusiknya
telah bergeser. Piala-piala yang didapat dari tangis
keringat
dan semangat kini jadi saksi bisu yang kecewa akan perubahan.
Ingatanku belum rentah termakan usia, aku masih ingat kesepakat
yang
kita peroleh dari duduk melingkar yang sering kita namai
TUDANG
SIPULUNG. tapi kesepakatan itu pupus termakan
pergantian hari, bulan,
bahkan tahun. Tapi biarlah ini jadi cerita dalam benakku...
Mungkin aku
terlalu peka akan itu...
Jhahahaha...
Truslah hidup rayap...
Buatlah
pondasimu kuat jangan mengekor pada kehidupan kami...
Kelak pondasimu
akan runtuh....